Loading...

  • Senin, 10 November 2025

Menyongsong 60 Tahun Unila Membangun Negeri: Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Anak Kampung Juga Bisa Jadi Rektor

Prof. Dr. Sugeng P Harianto

Oleh: Prof. Admi Syarif, PhD

Dosen Unila dan tukang tulis

 

Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, TERLAHIR di perkampungan transmigran, tak pernah menyangka takdir hidupnya menjadi seorang dosen bankan rektor di Universitas Lampung. Pasalnya, ia sejak kecil enggan menjadi seorang guru seperti ayahnya. Hal itu lantaran ia melihat kehidupan ayahnya yang saat itu hanya seorang guru SD amat sulit untuk menyekolahkan Sugeng dan kedelapan adiknya.Sebagai anak tertua dari sembilan bersaudara, Sugeng kecil bertekad harus bisa menjadi orang (baca: sukses) supaya dapat menyekolahkan adik-adiknya kelak. Tekad tersebut ia buktikan dengan tekun belajar dan kerja keras sejak duduk di bangku SD. Anak dari pasangan Kumpul Harianto (Alm) dan Marwiyah  ini tak pernah mengeluh sedikit pun dengan orang tuanya. La sadar bahwa dirinya akan menjadi panutan bagi adiknya.

 

Penjual Kacang

Masa kecilnya dihabiskan untuk membantu orang tuanya bertani di sawah. Setiap memasuki musim tanam padi, Sugeng kecil selalu menyempatkan untuk ikut ke sawah sekadar menanam bibit padi atau mencangkul di sawah. Jika musim panen nangka tiba, Sugeng pun berkeliling kampung untuk menjajakan hasil kebun milik keluarganya.

Pria yang berasal dari Pringsewu ini juga kerap berjualan kacang asin saatada pertunjukan wayang di kampungnya. Saat anak-anak sebayanya asyik bermain kejar-kejaran, Sugeng kecil malah sibuk menawarkan barang dagangannya kepada pengunjung yang hadir. Walaupun begitu, ia tak pernah merasa minder ataupun malu kepada teman-temannya.

"Saya waktu itu enggak malu sedikit pun, karena apa? Pada dasarnya emang saya enggak punya, jadi kenapa harus malu?" ujar pria yang menjabat sebagai rektor Unila selama dua periode itu. Dengan segudang aktivitas untuk membantu perekonomian keluarga, Sugeng kecil tak pernah melupakan tugas utamanya, yaitu belajar. Di sela-sela kesibukannya ia selalu menyempatkan membaca buku untuk sekadar mengulang pelajaran di sekolah atau membaca materi untuk selanjutnya. Alhasil, usahanya tak sia-sia. Terbukti dengan ia mampu menyelesaikan Pendidikan sekolah dasar hanya  dengan waktu lima tahun. Kepercayaan diri Sugeng tumbuh berkat nasihat dari ayahnya. Kumpul Hariyanto selalu menekankan bahwa semua orang pasti bisa asal mau belajar dan kerja keras. Hal itulah yang membuat Sugeng tak kenal mundur dalam meraih pendidikan. "Bapak dulu selalu ngomong gini, tanamlah padi jangan ilalang. Jika tanam padi bisa panen padi, itu pun harus dirawat. Tetapi, kalau tanam ilalang tidak akan pernah panen padi,' kata Sugeng mengenang pesan sang ayah. Masa pendidikan dari SD hingga SMA ditempuh di tanah kelahirannya, Pringsewu. Setamat SMA tahun 1975, Sugeng melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur undangan. Gelar sarjana manajemen hutan pun berhasil ia raih pada1981. Kemudian Sugeng memutuskan bekerja di Jakarta, tetapi hal itu tak berlangsung lama lantaran pria kelahiran 23 September 1958 ini memutuskan untuk melamar jadi dosen di Universitas Lampung.

Menurutnya, menjadi dosen adalah pilihan yang paling tepat agar tetap bisa berkumpul bersama keluarga di Lampung. Sugeng pun berpikiran jika saat itu ia memilih bekerja di Dinas Kehutanan pasti ia akan dikirim ke berbagai daerahsehingga waktu untuk kumpul dengan keluarga akan semakin berkurang. Namun, beratnya meninggalkan keluarga harus ia rasakan juga ketika harus mengejar pendidikan S-3 di Manila. Tantangan terberatnya saat itu Ketika anaknya yang masih berusia 2 tahun memeluknya dengan erat sambil mena-ngis kencang melarangnya pergi. Namun, mantan dekan FMIPA Unila ini tetap memutuskan untuk pergi. Menurut Sugeng, kepergiannya dalam menuntut ilmu tidak lain adalah untuk sang anak. Apalagi semua ini akan kembali ke keluarganya kelak. Dengan ber-pikiran seperti itu, perasaan berat meninggalkan keluarga berubah menjadi motivasi kuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan paripurnanya di negeri seberang.

Sepulangnya dari Manila, sayangnya Jurusan Kehutanan masih belum ada.Kondisi ini membuat si pencinta traveling itu sempat bimbang antara apakahtetap aktif di kampus atau memilih profesi di luar. Akhirnya, pilihannya selainmenjadi konsultan asing, Sugeng tetap mengurusi Program Studi Kehutanan.Berkat kerja kerasnya, akhirnya surat keputusan Program Studi Kehutanan tahun 1996 diresmikan menjadi salah satu jurusan di Universitas Lampung.

 

Menjadi Guru Besar

Mulanya Sugeng enggan untuk mengajukan gelar profesor lantaran tunjangan serta persyaratannya yang berat tak sebanding dengan beban kerjadan moral seorang guru besar. Namun, karena terus didesak oleh Prof. Muha-jir yang membujuk untuk terus mengejar gelar profesor, akhirnya bertepatandengan Sugeng menunaikan ibadah haji tahun 2006, gelar strata tertinggidalam dunia kepangkatan, yaitu profesor, resmi disandingnya.

Sugeng adalah pribadi yang begitu dekat dengan ibunya. Sampai padasaat ia akan mencalonkan diri menjadi rektor pada 2007, awalnya ia ragu untuk maju dalam persaingan. Pasalnya, pada saat itu enam kandidat lawannyamemiliki kemampuan jauh melebihi dirinya. Sugeng langsung pulang ke rumah orang tuanya, ia memeluk erat ibunya sambil menangis. "Bu, kadose kulo mboten saget maju, kalah (Bu, saya enggak yakin bisa maju, pasti kalah)," ujarnya.Si ibu memeluk Sugeng, menciumnya dan berucap, "Maju terus Geng, kue ket cilik wes jadi pemimpin, ibu yakin kue iso (Maju terus Geng, kamu dari kecil sudah jadi pemimpin, ibu yakin kamu bisa)." Demikian papar Sugeng di ruang kerjanya, sambil menangis mengenang masa itu.

Berkat doa dan restu ibunya itu, Sugeng memutuskan untuk maju menjadiorang nomor satu di Universitas Lampung. Pria yang memiliki prinsip jangan tidur siang sebelum kaya itu pun amat mengidolakan tokoh Bima dalam pe-wayangan. Menurutnya, Bima adalah tokoh yang kuat, tegas, dan teguh dalam pendirian. Hal itu yang melatarbelakangi adanya wayang di ruang kerjanya hingga saat ini. Menurutnya, pendapat atau pandangan orang lain itu penting, tetapi hanya sebatas masukan. Keputusan final tetap kita sendirilah yang memutus-kan."Walaupun saya seorang rektor, saya selalu berusaha untuk tidak otoriter kepada siapa pun. Namun, ada saatnya saya harus mengambil keputusan," ujar ayah tiga orang anak ini.

Sebagai anak kampung, Sugeng adalah sosok seorang rektor yang amatmenyukai makanan tradisional, contohnya getuk. Menurutnya, selain sehat,makanan itu sudah biasa ia makan saat di kampung halaman. "Makanan seperti tiwul, getuk, dan sebagainya sudah akrab dengan lidah saya. Waktu kecilya itu makanan saya," kata Sugeng sambil tersenyum. Selama kepemimpinannya sebagai rektor Universitas Lampung yang menjabat selama dua periode (2007—2015), menurutnya, sudah banyak perkembangan yang ia lakukan. Salah satunya peringkat sepuluh Unila dalam webomeltriks. Namun, penghargaan yang ia terima selama ini tidak sebanding dengan penghargaan dari Sang Pencipta.

 

BIODATA

N a m a                 : Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S.

Kelahiran            : Pringsewu, 23 September 1958

J a b a t a n        : Rektor Universitas Lampung

Pangkat/Golongan : Pembina Utama/IVe

Istri                          : Dra. Hj. Sri Megawati, M.Pd

Anak                       : 1. Irvan Yusadinandra Prayitno, S.E., M.M.

                                 2. Hardian Syvanandra Prayitno, S.PI., M.M.

                                 3. dr. Radinal Yusivanandra Prayitno, SpOG

Alamat                    : Jalan Purnawirawan Gg. Swadaya IV/8, Gunungterang,Langkapura,

                                 Bandar Lampung 35152

 

Riwayat Pendidikan:

  • Doctor of Philosophy Forest Resources Management, UPLB Filipina, 1994
  • Magister Sains IImu Perkayuan dan Pengelolaan Hutan, IPB, 1987
  • Sarjana Manajemen Hutan, IPB, 1981
  • SMA Negeri Pringsewu, Lampung Selatan, 1975
  • SMP Xaverius Pringsewu, Lampung Selatan, 1972
  • Sekolah Dasar Negeri 1 Pringsewu, Lampung Selatan, 1969

 

Riwayat Pekerjaan:

  • Rektor Unila 2007-2011, 2011-2015
  • Dekan FMIPA Unila 2000-2004, 2004-2007
  • Kepala Pusat Studi Lingkungan, Lembaga Penelitian Unila, 1998-2000
  • Ketua Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian Unila, 1996-1998
  • Staf pengajar Fakultas Pertanian Unila, November 1982-sekarang.

 

Penghargaan:

  • Satyalancana Karya Satya 30 tahun dari Presiden RI
  • Piagam penghargaan NO. G/541/1I.12/HK/2009, tanggal 14 Agustus 2009, dari Gubernur Lampung.

 

Catatan: Bagian dari tulisan ini pernah ditulis oleh Prof. Admi Syarif, PhD pada buku 50 Tokoh Inspiratif Unila

 

Tentang Penulis
Penulis di Admisyarifnews Sejak 01 February 2025
Lihat Semua Post