oleh: Prof. Admi Syarif, PhD
Jakarta, 20/02/2025 – Kemarin Rabu 19/02/2025, dunia akademik dan riset Indonesia cukup dihebohkan dengan berita dilantiknya Prof. Brian Yulianto, PhD sebagai Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi, menggantikan Prof. Satrio Brodjonegoro yang mengundurkan diri. Karier Profesor kelahiran 12 Juli 1975 ini dikenal sangat cemerlang, khusunya unia Riset dan Pendidikan. Merujuk kepada laman SINTA beliau, saya mendapati bahwa Brian telah menerbitkan 343 artikel terindex Scopus di bidang nanomaterial untuk aplikasi biosensor, energi, dan solar PV: dengan sitasi 6030 kali dan h-index 40. Angka ini tentu saja sangat luar biasa, berarti ia memiliki paling tidak 40 artikel terindex scopus yang disitasi minimal 40 kali. Bayangkan untuk menjadi Guru Besar/Profesor di sini kita hanya diwajibkan memiliki satu publikasi terindex Scopus. Ia adalah lulusa S2 dan S3 dari The University of Tokyo dan menjadi salah satu dari 2% ilmuwan paling berpengaruh di dunia, menurut AD Scientific Index Stanford University.
Selain itu, ia pernah bekerja di Jepang sebagai peneliti post-doktoral di Japan Advanced Industrial Science and Technology (AIST) Japan (2005-2006), yang memperkaya pengalamannya dalam penelitian material maju. Dalam lingkup internasional, Bria juga menjadi Visiting Professor di University of Tsukuba dan JAIST (Japan Advanced Institute of Science and Technology), membangun jejaring global yang kuat dengan komunitas riset internasional. Sebagai alumni Jepang, saya juga mengetahui bahwa sangat tidak mudah dan hanya peneliti dunia yang bisa menjadi bagian dari jejaring di kedua tempat ini.
Sebelum diangkat menjadi menteri, Brian telah membangun reputasi yang kokoh sebagai peneliti dan pemimpin akademik. Karier akademiknya dimulai sebagai dosen dan peneliti di Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 2006, tempat ia juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB (2018-2020). Di ITB, berbagai posisi strategis, Dekan Fakultas Teknologi Industri (2020-2025), pernah ia duduki. Saat ini ia dikenal sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi (2025-2029. Mengutip cv beliau, di dunia akademik, cukup banyak penghargaan bergengsi yang ia terima, di antaranya: Habibie Prize 2024 Top 1 Researcher Nanoscience & Nanotechnology Indonesia (AD Scientific Stanford University, 2023, The World’s Top 2% Scientist (Stanford University, 2022, 2023, 2024) dan Peneliti Terbaik ITB 2021.
Kita semua berharap, Brian dapat hadir membawa visi reformasi Pendidikan Tinggi dan Riset di Indonesia Bebagai harapan besar untuk peningkatan daya saing Indonesia di kancah global: Kolaborasi Internasional, reformasi Pendanaan dan output Riset, peningkatan Daya Saing Perguruan Tinggi dan integrasi pendidikan tinggi dan riset. Selain aktif dalam dunia akademik, Brian juga memiliki kepedulian terhadap pembangunan masyarakat melalui organisasi Muhammadiyah. Semoga saja cerita lama, banyaknya calon pimpinan universitas yang mendadak NU, sekedar untuk mendapatkan dukungan tidak terulang kembali.
Dengan pengalaman akademik, riset, dan kepemimpinan yang luar biasa, saya berkeyakinan Brian siap membawa Indonesia menuju era keunggulan pendidikan tinggi dan riset teknologi. Mampukah ia mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat inovasi global? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang pasti, langkah awalnya telah membuka babak baru bagi dunia akademik dan riset di Indonesia.