Loading...

  • Sabtu, 02 Agustus 2025

Rajabasa: “Riwayatmu Dulu”

Foro Terminal Rajabasa "Tempo Doeloe"

Oleh: Prof. Admi Syarif, PhD

Dosen Unila dan Tukang Tulis

 

Kemarin, seperti biasa, saya Kembali melintasi kawasan Terminal Rajabasa, dalam perjalanan sore menuju Nuwono Tasya. Kembali saya merasakan kesedihan yang menggelayut di hati. Terminal yang dulu penuh hiruk-pikuk kini tampak sepi, kumuh, dan terabaikan. Sebuah ironi mengingat terminal ini pernah menjadi pusat mobilitas masyarakat Lampung di era 90-an. Tulisan kaii ini merupakan pengayaan terhadap Opini saya, untuk Lampung lebih BAIK.

 

Saya masih ingat betul bagaimana suasana Terminal Rajabasa pada masa kejayaannya. Puluhan bus berjajar, menunggu giliran untuk berangkat ke berbagai kota di Sumatera dan Jawa. Pedagang asongan lalu-lalang menawarkan dagangan mereka—air mineral, rokok, makanan ringan—semuanya berpadu dalam simfoni khas terminal yang ramai. Para calo sibuk mencari penumpang, meneriakkan rute tujuan dengan suara lantang. Ada yang hendak ke Jakarta, ada yang ke Palembang, bahkan ke Padang atau Medan. Di pojokan, warung-warung sederhana selalu ramai oleh para sopir dan penumpang yang singgah sejenak untuk menikmati kopi hitam sebelum perjalanan panjang mereka.

 

Namun kini, suasana itu tinggal kenangan. Terminal Rajabasa sepi, hampir tak bernyawa. Di dalamnya, hanya segelintir bus yang masih beroperasi. Bahkan, jumlah penumpang yang terlihat bisa dihitung dengan jari—mungkin tak lebih dari sepuluh orang dalam satu bus. Kondisi ini sudah terjadi sejak lama, bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda.

 

Sebagai perbandingan, saya teringat saat berkunjung ke Kuala Lumpur. Terminal di sana tetap tertata rapi dan ramai. Bus-bus di sana masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang ingin bepergian ke kota-kota lain seperti Malaka atau Johor Bahru. Mengapa bisa demikian? Apa yang salah dengan sistem transportasi kita? Ah, aku jadi bertanya-tanya, ke mana para pakar transportasi dari Universitas Lampung? Seharusnya ada solusi untuk membangkitkan kembali terminal ini!

 

Memang, persoalan terminal yang tidak berfungsi optimal bukan hanya terjadi di Rajabasa. Hampir di seluruh negeri ini +62, kita menemukan cukup banyak terminal yang mengalami nasib serupa. Persoalan ini sebenarnya mencerminkan tantangan umum dalam manajemen terminal di banyak kota di Indonesia. Banyak terminal yang dibangun dengan harapan menjadi pusat transportasi, tetapi pada akhirnya tidak mampu bersaing dengan sistem transportasi alternatif yang lebih fleksibel dan efisien, seperti travel atau ojek online.

 

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghidupkan kembali terminal-terminal tersebut, namun hasilnya tetap nihil. Pemerintah sudah mencoba memperbaiki infrastruktur agar lebih nyaman dan menarik, bahkan memperbesar area layanan terminal. Sayangnya, semua usaha itu tak kunjung menjadikan terminal sebagai pusat pertumbuhan baru di wilayahnya.

 

Salah satu penyebab utama adalah maraknya terminal bayangan dan pool pribadi. Di Bandar Lampung, misalnya, banyak perusahaan bus dan travel yang memiliki terminal sendiri. Penumpang pun lebih memilih naik dari sana karena dianggap lebih nyaman dan fleksibel. Hal ini membuat terminal resmi seperti Rajabasa semakin kehilangan fungsinya.

 

Lalu, apakah solusinya adalah memindahkan terminal ke lokasi lain? Pendapat ini sering muncul dalam diskusi para pengambil kebijakan. Beberapa kota telah menerapkannya dengan membangun terminal baru yang lebih modern di tempat yang lebih strategis. Namun, hasilnya tetap sama: terminal tersebut tetap sepi, sementara angkutan umum tetap ngetem di luar area resmi.

 

Dengan kondisi yang seperti ini, saya pikir,  bukan hanya soal infrastruktur yang perlu dibenahi, — tetapi juga ekosistem transportasi yang mendukung.  Pertama adalah Revitalisasi terminal – Pemerintah dan pengelola perlu memikirkan kembali konsep terminal, menjadikannya lebih modern, nyaman, dan menarik bagi penumpang. Perlu juga diberi perhatian terkain integrasi transportasi – Terminal harus terhubung dengan moda transportasi lain seperti feeder bus, angkutan kota, dan lain-lain. Terkait terminal bayangan, penegakan aturan terhadap terminal bayangan – Jika terminal resmi ingin tetap berfungsi, maka regulasi terkait terminal bayangan dan pool pribadi harus ditegakkan dengan tegas. Pemerintah juga bisa menghadirkan dengan menghadirkan pusat kuliner, pusat perbelanjaan, fasilitas umum, dan tempat istirahat yang nyaman agar terminal menjadi area yang lebih hidup.

 

Sebagai warga Lampung, tentu kita berharap Terminal Rajabasa bisa kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, tanpa perubahan yang signifikan dalam sistem transportasi dan pengelolaannya, nasibnya mungkin akan terus meredup.

Tentang Penulis
Penulis di Admisyarifnews Sejak 01 February 2025
Lihat Semua Post