Keajaiban Tokyo: Taksi sebagai perhubung antara Kebudayaan dan Kenyamanan
Keajaiban Tokyo:
Loading...
Bandar Lampung (07/02/2025) Malam kemarin, setelah seharian sibuk di kantor dan pengambilan video “Mengan Bangek”, aku akhirnya pulang dengan tubuh yang letih. Saat membuka pintu rumah, sebuah kejutan menyambutku—sekeranjang penuh rambutan segar dengan warna merah merona. Aku tersenyum lebar. Ini pasti dari sahabatku di Lampung Timur. Aku mengangkat rambutan itu dan mencium aromanya yang khas. Tidak salah lagi, musim rambutan telah tiba!
Musim rambutan adalah salah satu musim buah yang paling ditunggu-tunggu. Saat bulan-bulan tertentu tiba, pohon-pohon rambutan di kebun dan pekarangan warga mulai penuh dengan buah. Dari kejauhan, pepohonan itu terlihat seperti dihiasi lampu-lampu kecil berwarna merah, hijau dan kuning, bergelantungan dengan indah di antara dedaunan hijau. Karen buahnya yang begitu lebat tidak jarang ranting-ranting pohon terlihat menunduk menahan beratnya beban.
Aku ambik satu buah, lalu membelahnya dengan ibu jari. Kulitnya terbuka dengan mudah dan terlihatklah daging buah putih mengilap yang tampak begitu menggoda. Aku menggigitnya perlahan—manis, segar, dan sedikit berair, rasa yang seketika menghilangkan lelahku. Aku teringat akan masa kecil, ketika aku dan teman-teman sering memanjat pohon rambutan di halaman belakang rumah tetangga, di depan Pasar Koga. Kami memakan rambutan langsung dari pohonnya, tanpa memikirkan apakah sudah dicuci atau belum.
Di daerah Tanjung jalan raya dan sudut-sudut pasar, pedagang rambutan bermunculan. Mereka menjajakan yang digantung. Setiap kali melewati pedagang-pedagang itu, aku selalu tergoda untuk berhenti sejenak, sekadar membeli beberapa kilo untuk dibawa pulang.
Harga rambutan di musim panen cukup terjangkau. Dengan uang Rp 7500 saja, sudah bisa mendapatkan satu kilogram rambutan segar. Jika ingin yang lebih banyak, cukup merogoh kocek Rp20.000 huntuk satu ikat besar yang bisa dinikmati bersama keluarga.
Ada dua jenis rambutan yang paling umum di Lampung: rambutan ngelotok dan rambutan yang tidak ngelotok. Rambutan ngelotok memiliki tekstur daging yang kenyal dan mudah lepas dari bijinya, sedangkan yang tidak ngelotok lebih melekat pada biji dan sering kali sedikit lebih lengket. Saya pribadi lebih menyukai yang ngelotok karena lebih praktis dan tidak membuat tangan lengket. Namun, ada juga yang lebih suka jenis yang tidak ngelotok karena teksturnya lebih lembut dan rasanya sering kali lebih legit.
Bagaimanapun, musim rambutan tidak datang setiap saat. Ayo sobat, kita nikmati setiap momennya sebelum musim ini berlalu.
Prof. Admi Syarif, PhD
Keajaiban Tokyo:
Mengan bangek